Jumat, 30 Desember 2016

MENYADARI KERUSAKAN DARI PERAYAAN MALAM TAHUN BARU


MENYADARI KERUSAKAN DARI PERAYAAN MALAM TAHUN BARU

(Pelajaran Bagi Mereka yang Berpikir)
Berbicara mengenai tahun baru, tentunya tak lepas dengan meriahnya malam tahun baru. Sebuah perayaan yang telah mendarah daging sehingga menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun. Akhirnya,  banyak kaum muslimin yang ikut-ikutan dalam meramaikan acara ini. Padahal,  agama kita telah sempurna. 
Allah Ta'ala berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian.
(Al Maidah :3)

Sebagai seorang muslim,  ia meyakini bahwa agamanya telah sempurna,  sehingga tidak perlu untuk mengikuti orang-orang kafir dalam merayakan tahun baru. Sebagian orang akan berdalih demi "melegalkan" perayaan tahun baru dengan mengatakan bahwa hal ini tidak ada kaitannya dengan agama atau dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Namun,  jika kita cermati lebih jauh,  opini ini adalah suatu upaya melegalkan maksiat lalu dibenturkan dengan nilai-nilai syariat yang mulia. Mengapa demikian? *Karena Islam tidak mengenal perayaan tahun baru Hijriah,  apalagi dengan tahun baru Masehi -dan memang Islam tidak mengenal tahun Masehi-*. Parahnya lagi,  betapa banyak kerusakan dan pelanggaran yang terjadi pada malam tahun baru. Sementara kita dilarang dari segala bentuk kerusakan. 
Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا

Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.
(Al A'raf :56)

Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang kaum Tsamud:

فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
(Al A'raf :74)

Saudaraku,  bukankah kenyataan telah menunjukkan bahwa banyak terjadi kerusakan di malam tahun baru? Bukankah fakta yang terjadi telah menunjukkan bahwa banyak maksiat di malam tahun baru?
Di antara kerusakan tersebut adalah:

1. Membuka Pintu Kejelekan
Tidak dipungkiri lagi,  betapa banyaknya pintu-pintu kejelekan pada perayaan malam tahun baru. Sebuah kebinasaan yang akan dituai bagi mereka yang membuka pintu kejelekan.
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنْ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ

“Sesungguhnya diantara manusia ada yang menjadi kunci kebaikan dan penutup pintu kejelekan, Namun ada juga yang menjadi kunci kejelekan dan penutup pintu kebaikan. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kebaikan melalui kedua tangannya. Dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan sebagai kunci kejelekan melalui kedua tangannya”. (HR Ibnu Majah)

2.Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir
Perlu diketahui bahwa di dalam Islam tidak dikenal adanya perayaan tahun baru Hijriah,  apalagi tahun baru Masehi. Ditambah lagi,  dengan perayaan dan memeriahkan malam tahun baru, adalah bentuk ikut-ikutan dengan orang-orang kafir.
Dari sahabat Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (Riwayat Abu Dawud)

3. Membuat Perayaan Bid'ah
Sesungguhnya hari raya dalam setahun yang dikenal oleh Islam hanyalah dua,  hari raya Idul Fithri dan Idul Adha.
Di dalam hadits disebutkan:

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ: قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, dan penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)”. (Riwayat Ahmad dan An Nasai)

Di sisi lain,  sebagian kaum muslimin mengisi malam tahun baru dengan ibadah-ibadah yang dikhususkan pada malam itu,  seperti do'a dan dzikir bersama serta ibadah-ibadah khusus lainnya. Yang ternyata,  disadari atau tidak,  mengkhususkan ibadah tertentu pada malam itu adalah bid'ah yang tidak ada contoh dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

4. Mengganggu Orang Lain
Tidak tersembunyi bagi kita,  gangguan yang dilakukan orang-orang yang merayakan malam tahun baru. Mulai dari suara petasan, suara terompet, hingga suara musik yang justru memperparah gangguan terhadap orang yang tidak bersalah. 
Allah Ta'ala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.
(Al Ahzab :58)

5. Menghambur-hamburkan Harta
Kerusakan lainnya yang ditimbulkan dari perayaan malam tahun baru adalah menghambur-hamburkan harta. Seakan-akan lupa bahwa harta adalah nikmat yang akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Betapa banyak harta yang dibelanjakan hanya sekedar untuk berfoya-foya atau dengan membeli petasan yang justru akan mengganggu orang lain. Betapa banyak uang yang dihambur-hamburkan untuk menambah dosa dan menjadi saudara syaitan dengan sikap pemborosan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya.
(Al-Isra :27)

6. Pesta Maksiat
Di antara kerusakan lainnya adalah maraknya pesta maksiat, seperti pesta minuman keras. Sementara minum khamar (minuman keras) adalah dosa besar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan.
(Al-Maidah:90)

Demikian pula berkumpulnya muda mudi yang mana hal ini tidak lepas dari zina, mulai dari zina memandang,  zina menyentuh bahkan zina kemaluan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

“Setiap anak Adam telah ditetapkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian."
(Riwayat Muslim)

Demikianlah sebagian dari kerusakan yang ditimbulkan dari perayaan malam tahun baru. Semoga menjadi pelajaran bagi kita yang mau berpikir.
Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam.
Ustadz Irfandi, Lc.
Gowa, 29 Rabiul Awwal 1438 H/ 29 Desember 2016 M

Sumber : *WhatsApp Group As-Sunnah Makassar*

0 komentar:

Posting Komentar

Saluran 1 Radio An-Nashihah

Saluran 2 Radio An-Nashihah

Terbaru

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Berlangganan

Sign Up in Seconds

Dapatkan Artikel Terbaru Kami Melalui Email.

Powered By : Al-Haudh

Facebook

Youtube

 
//