*ADAB DI MAJELIS ILMU*
Ketika hadir di majelis ilmu, hendaknya seorang memperhatikan adab-adab di majelis ilmu agar dia bisa memperoleh manfaat yang optimal serta keberkahan dari majelis ilmu tersebut. Cukup disayangkan, di masa kita ini banyak sekali tersebar majelis ilmu, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana adab yang harus mereka perhatikan.
Untuk itu marilah kita simak beberapa adab menuntut ilmu yang tidak hanya bermanfaat bagi orang tua, namun juga bisa mereka biasakan pada diri anak-anak mereka.
1. Mengikhlaskan Niat
Hendaklah seseorang menghadiri majelis ilmu dengan niat yang ikhlas karena Allah dan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya. Bukan karena ingin dipuji atau agar dipandang oleh orang lain sebagai seorang yang alim.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Hanya saja amalan itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya...” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Al Imam Ahmad pernah ditanya tentang niat menuntut ilmu. Beliau mengatakan, “Menuntut ilmu itu untuk mengangkat kebodohan dari diri sendiri dan dari orang lain.”
2. Mengenakan Pakaian yang Baik dan Berhias
Perhatikanlah keadaan malaikat Jibril ketika hadir di majelis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagaimana yang dikisahkan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu,
“Tatkala kami duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari, tiba-tiba seorang laki-laki datang, berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. tidak terlihat pada dirinya bekas-bekas perjalanan jauh…” (HR. Muslim)
Dikisahkan pula dari Imam Malik bahwa ketika beliau kecil bahwa ibu beliau selalu mempersiapkan diri beliau sebelum menuntut ilmu.
Beliau mengatakan,
“Aku berkata kepada ibuku, ‘Aku akan pergi untuk belajar.’
Ibuku berkata, ‘Kemarilah! Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku pakaian yang bagus lali meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci itu.
Lalu beliau berpesan, ‘Sekarang, tuntutlah ilmu kepada gurumu Rabi’ah! Pelajarilah adabnya sebelum engkau mengambil ilmunya!.”
3. Bersegera Datang Ke Majelis Ilmu Dan Tidak Terlambat
Suatu hal yang sering pula disepelekan oleh para penuntut ilmu, adalah semangat mereka dalam belajar. Banyak sekali ditemui di majelis-majelis ilmu banyak yang hadirnya terlambat. Gurunya sudah hadir tepat waktu, sedangkan majelisnya masih kosong. Para penuntut ilmu baru datang setelah kajiannya dimulai.
Harusnya seorang penuntut ilmu memahami bahwa yang membutuhkan ilmu itu adalah dirinya, bukan ustadznya. Dialah yang harusnya bersemangat. Hadir di majelis sebelum gurunya datang. Bukan sebaliknya, gurunya datang kemudian menunggu murid berkumpul.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma adalah salah seorang sahabat yang banyak menimba ilmu dari sahabat lainnya yang lebih senior. Suatu saat beliau pernah mendatangi salah seorang sahabat diwaktu siang untuk mendengar hadits darinya. Ternyata sahabat tersebut sedang istirahat siang. Maka Ibnu Abbas pun menunggu di depan pintu dan tertidur sampai mukannya terkena debu.
Ketika sahabat tersebut membuka pintu maka ia terkejut melihat kehadiran Abdullah bin Abbas.
Ia pun mengatakan, “Wahai anak paman Rasulullah, apa yang membuat engkau datang? Kenapa engkau tidak mengutus salah seorang agar aku mendatangimu?”
Ibnu Abbas menjawab, “Tidak, akulah yang lebih berhak mendatangimu. Telah sampai kabar kepadaku bahwa engkau mendengar suatu hadits dari Rasulullah, maka aku ingin mendengar langsung darimu. Ilmu itu didatangi, bukan malah mendatangi..”
Peristiwa ini menunjukkan kepada kita bahwa muridlah yang membutuhkan ilmu sang guru, jangan malah terbalik seolah-olah guru yang membutuhkan sang murid.
4. Berusaha Untuk Duduk Mendekat kepada Sang Guru
Dari Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu bahwa dia saat duduk di masjid dan para shahabat yang lain telah berada di sekelilingnya lalu datanglah tiga orang memasuki majelis. Lalu dua orang menuju kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sementara yang lainnya pergi meninggalkan majlis.
Keduanya berdiri di hadapan Rasulull
ah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian salah seorang dari keduanya melihat ada tempat kosong di tengah majelis lalu ia duduk padanya.
Sementara yang lain, duduk di bagian belakang, sedangkan yang ketiga berlalu pergi meninggalkan majelis. Maka tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah selesai, beliau bersabda:
“Maukah kalian jika aku memberitahukan kalian tentang tiga orang ini? Adapun salah seorang dari mereka, maka ia kembali kepada Allah subhanahu wata’ala lalu Allah subhanahu wata’ala memberinya tempat. Adapun yang kedua, maka ia merasa malu maka Allah subhanahu wata’ala pun merasa malu darinya. adapun yang lain, maka ia berpaling, maka berpalinglah Allah subhanahu wata’ala darinya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Jadi hendaknya sang murid bersemangat mencari tempat yang terdekat dengan gurunya. Bukan malah menjauh, atau ingin enaknya saja mencari senderan di tiang-tiang atau dinding masjid.
5. Fokus dengan Apa yang Disampaikan sang Guru
Ini adab yang banyak dilalaikan. Di majelis ilmu, masih sering kita melihat orang-orang yang hadir sibuk dengan HP, ngobrol dengan temannya, atau sibuk dengan perkara lainnya.
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu hendaknya mencatat pelajaran, faidah-faidah apa saja yang disampaikan oleh gurunya. Kalau dia mampu, dia salin juga dalil-dalil yang disebutkan oleh gurunya. Dengan demikian ilmu yang dia peroleh terdokumentasikan dengan baik, dan mudah baginya ketika ingin mengulang-ulang pelajaran.
Dahulu para salaf ketika menghadiri majelis ilmu, mereka tidak melakukan apa pun kecuali fokus dengan apa yang disampaikan oleh sang guru. Disebutkan bahwa di majelis Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada seorangpun yang berdiri, tidak ada seorangpun yang meruncingkan pena, tidak ada yang tersenyum, tidak ada yang bangkit. Seakan-akan di kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka berada dalam shalat karena demikian khusyuknya mereka.
6. Selain Mengambil Ilmu, Hendaknya Mempelajari Adab sang Guru
Para salaf terdahulu, mereka tidak hanya mengambil ilmu dari guru mereka. Akan tetapi juga mengambil atau mempelajari gerak-gerik sang guru agar mereka bisa meneladi akhlaq dan adabnya.
Al Imam Adz Dzahabi rahimahullahu dalam Siyar A’lamin Nubala’ menceritakan bahwa dahulu yang menghadiri majelis Al Imam Ahmad ada sekitar 5000 orang atau lebih. 500 orang menulis pelajaran sedangkan sisanya hanya mengambil contoh bagaimana adab dan kepribadian beliau.
7. Berusaha Melengkapi Catatan apabila Ketinggalan atau Tidak Bisa Hadir
Seseorang hendaknya menghadiri sebuah majelis sampai selesai. Kalau dia mampu hendaknya tidak meninggalkan majelis, agar faidah yang diberikan oleh sang guru bisa dia dapatkan semua.
Namun apabila ada urusan yang harus dia selesaikan atau dia tidak bisa menghadiri majelis karena alasan tertentu maka hendaknya dia melengkapi catatannya dari rekan-rekannya yang lain.
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari bahwasaya Umar bin Al Khattab radhiyallahu berkata,
“Dahulu Aku dan tetanggaku seorang Anshar yang berasal dari bani Umayyah bin Zaid, kami saling bergantian mendatangi majelis Rasulullah. Ia datang pada suatu hari dan aku pada hari lainnya. Apabila aku yang menghadiri majelis, akan aku sampaikan kepadanya tentang wahyu dan penjelasan lainnya pada hari itu. Apabila ia yang datang, ia pun melakukan hal yang sama.”
Lihatlah bagaimana semangat Umar agar tidak tertinggal sedikitpun dari faidah yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Wallahu a’lam bisshawab, semoga yang sedikit ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua agar faidah dari majelis ilmu bisa kita peroleh seoptimal mungkin.
Jogjakarta, 11 Rabiul Akhir 1438 H – 10/01/2017
Akhukum fillah,
✏Wira Mandiri Bachrun.