Selasa, 21 Februari 2017

Beberapa Adab Istinja'


SILSILAH FIQIH

Beberapa Adab Istinja'

1. Tidak menggunakan tangan kanan dalam beristinja'.
2. Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan.

Dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu berkata:
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:


لا يمسكن أحدكم ذكره بيمينه وهو يبول، ولا يتمسح من الخلاء بيمينه، ولا يتنفس في الإناء

"Janganlah salah seorang diantara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanannya dalam keadaan kencing, dan jangan pula ia membasuhnya dengan tangan kanan ketika buang hajat, dan jangan pula bernafas dibejana. " Muttafaqun 'alaih.

Dari Salman Al Farisi radhiyallahu anhu berkata:
Seorang lelaki berkata kepadaku:
" Bukankah sahabat kalian itu (yaitu; Rasulullah shalallahu alaihi wasallam) telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu hingga cara buang hajat??."
Aku pun menjawab:

أجل، نهانا أن نستقبل القبلة بغائط أو بول، أو نستنجي بأيماننا، أو نكتفي بأقل من ثلاثة أحجار

"Iya, kami dilarang untuk menghadap Kiblat ketika buang air besar ataupun kencing, ataupun istinja' dengan tangan kanan kami, ataupun mencukupkan dengan lebih kurang dari tiga batu."
HR. Muslim (262).

3. Menggosokkan tangan ketanah setelah istinja' atau mencucinya dengan sabun atau semisalnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu berkata:

كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا أتى الخلاء أتيته بماء في تور أو ركوة فاستنجى ثم مسح يده على الأرض

"Adalah Nabi shalallahu alaihi wasallam jika menuju kamar kecil maka aku pun membawakan seciduk air atau segayung air, lalu Beliau beristinja' dengannya kemudian Beliau mengusap tangannya ketanah."
HR. Ibnu Majah (678), An Nasa'i (1/45) dan dishahihkan oleh Syeikh Al Albani dalam Al Misykah (360).

Dan maksud dari hal tersebut adalah untuk membersihkan tangan dari sifat-sifat najis yang mungkin masih tertinggal, sehingga jika seseorang menggunakan hal lainnya yang bisa menghilangkan sifat najis tersebut seperti menggunakan sabun, pewangi dan semisalnya maka hal tersebut telah cukup.
Wallohu a'lam.

4. Bagi seseorang yang terkena penyakit salasul baul (kencing yang berketerusan) maka ia beristinja' dan berwudhu' setiap shalat, dengan demikian maka apa yang keluar setelahnya selama belum masuk waktu shalat berikutnya adalah hal yang ma'fu (dimaafkan) dan telah cukup baginya wudhu diawal shalat tsb.
Inilah yang difatwakan oleh Abu Hanifah, Asy Syafi'i, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dll.
Dan sebagian ulama' memandang disyariatkannya memercikkan air ke celananya dengan tujuan untuk menghilangkan was-was akan keluarnya kencing tersebut.
Wallohu a'lam.

Ustadz Fauzan Abu Muhammad Al-Kutawy hafidzahullah
_______________
Join Telegram @silsilahduruslinnisa
http://goo.gl/LRtvQP
Mari Bergabung Grup WhatsApp:
-081242424 550 (Akhwat)
-081242424 340 (Ikhwah)
____________________
Silsilah Durus Linnisa

0 komentar:

Posting Komentar

Saluran 1 Radio An-Nashihah

Saluran 2 Radio An-Nashihah

Terbaru

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Berlangganan

Sign Up in Seconds

Dapatkan Artikel Terbaru Kami Melalui Email.

Powered By : Al-Haudh

Facebook

Youtube

 
//